Rabu, 07 Mei 2014

NAMA PAHLAWAN DARI PROVINSI SULAWESI UTARA

Nama nama pahlawan berikut ini saya rangkum berdasarkan dari daerah kelahiran dengan maksud tujuan untuk memberikan motivasi untuk generasi muda saat ini agar dapat mencontoh pahlawan-pahlawan dari daerahnya yang mempunyai semangat didalam memperjuangkan daerahnya sampai tingkat nasional bahkan dalam percaturan tingkat internasional. dan juga dipaparkan sekelumit biografi hidup sampai wafatnya. Dan Surat Keputusan dari Negara untuk gelar pahlawan Nasional :

lahir di 
 Tondano, Sulawesi Utara,
5 November 1890
meninggal di 
Jakarta,10 Juni 1949
dimakamkan di Tondano
pada umur 58 tahun 

Gubernur Sulawesi pertama
Dr.G.S.S.J.Ratulangi
  Dr. Gerungan Saul Samuel Jacob Ratulangi

Beliau sering disebut-sebut sebagai tokoh multidimensional. Ia dikenal dengan filsafatnya: "Si tou timou tumou tou" yang artinya: manusia baru dapat disebut sebagai manusia, jika sudah dapat memanusiakan manusia. Ia meninggal di Jakarta dalam kedudukan sebagai tawanan musuh..
Pendidikan
di Sekolah Dasar Belanda (Europesche Lagere School) di Tondano, di Hoofden School (Sekolah Raja:setingkat SMP), Tondano dan menyelesaikan Sekolah Teknik Koninginlijke Wilhelmina School (saat ini bernama SMK Negeri 1 Jakarta Budi Utomo) bagian mesin, Jakarta pada tahun 1908. Pada tahun 1915, Sam Ratulangi berhasil memperoleh ijazah guru ilmu pasti (Middelbare Acte Wiskunde en Paedagogiek) di Universitas Amsterdam (Universiteit van Amsterdam), Belanda. Pada tahun yang sama, ia melanjutkan studi ke Swiss dan mendapat gelar Doktor der Natur-Philosophie (Dr. Phil.) untuk Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Universitas Zürich tahun 1919. 
Namanya diabadikan dalam nama bandar udara di Manado yaitu Bandara Sam Ratulangi dan Universitas Negeri di Sulawesi Utara yaitu Universitas Sam Ratulangi

SK Pres: 590 Tahun 1961 bertanggal 9 – 11 – 1961


lahir di
 Kapataran, Lembean Timur, Minahasa, 6 Juli 1918
meninggal
 di Pakem, Sleman,
Yogyakarta, 7 Mei 1949
pada umur 30 tahun)

Ahli pertambangan dan geologis. Dia terlibat dalam perang kemerdekaan Indonesia dan pengembangan sumber daya pertambangan dan geologis pada saat-saat permulaan negara Republik Indonesia Dia adalah putera tertua dari delapan anak dari Darius Lasut dan Ingkan Supit. Adiknya yang bernama Willy Lasut sempat menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Utara

A.F. Lasut
Arie Frederik Lasut
  • Sekolah di Hollands Inlandsche School (HIS) di Tondano. ,Sekolah guru di Hollands Inlandsche Kweekschool (HIK) di Ambon lulus 1933, Sekolah ke HIK Bandung. Namun hanya setahun di Bandung, Belajar di Algeme(e)ne Middelbare School (AMS) di Jakarta ,Sekolah kedokteran di Geneeskundige Hooge School yang sekarang adalah Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia.
  • Bekerja di Departement van Ekonomische Zaken (Departemen Urusan Ekonomi).(1938)
  • Sekola lai di Techniche Hoogeschool te Bandung (Sekolah Teknik Bandung) sekarang adalah Institut Teknologi Bandung.(1939)
  • Mendapat beasiswa dari Dienst van den Mijnbouw (Jawatan Pertambangan)  menjadi asisten geolog.
  • Latihan untuk menjadi Corps Reserve Officer untuk membantu Belanda melawan Jepang.Beliau ikut berperang melawan Jepang di Ciater di Jawa Barat.
  • Bekerja di Chorisitsu Chosayo (Jawatan Geologis) di Bandung. (JAMAN JEPAN)
  • Membuka Sekolah pelatihan geologis selama menjadi kepala jawatan saat itu.
  • Aktif dalam organisasi Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS)
  • Anggota Komite Nasional Indonesia Pusat, awal mula dewan perwakilan di Indonesia
Lasut diambil oleh Belanda dari rumahnya dan dibawa ke Pakem(7-05-1949), sekitar 7 kilometer di utara Yogyakarta. Di sana ia ditembak mati. dipindahkan ke pekuburan Sasanalaya Jl. Ireda di Yogyakarta di samping isterinya yang telah lebih dulu meninggal pada bulan Desember 1947. Upacara penguburan dihadiri oleh Mr. Assaat, pejabat presiden pada saat itu.
 SK Pres: 012/TK/1969 bertanggal 20-5-1969


lahir di  
Kema, Sulawesi Utara,
1 Desember 1872
meninggal di 
 Maumbi, Sulawesi Utara,
22 April 1924
pada umur 51 tahun

Orang tuanya adalah Maramis dan Sarah Rotinsulu. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, yatim piatu berumur enam tahun dan diasu Pamannya yaitu Rotinsulu yang waktu itu adalah Hukum Besar di Maumbi dan dimasukkan ke Sekolah Melayu di Maumbi. Sekolah itu mengajar ilmu dasar seperti membaca dan menulis serta sedikit ilmu pengetahuan dan sejarah. Ini adalah satu-satunya pendidikan resmi yang diterima oleh Maramis dan kakak perempuannya karena perempuan pada saat itu diharapkan untuk menikah dan mengasuh keluarga.

Maria Walanda Maramis
Maria Josephine Catherine Maramis

adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia karena usahanya untuk mengembangkan keadaan wanita di Indonesia pada permulaan abad ke-20. sosok yang dianggap sebagai pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan di dunia politik dan pendidikan. Menurut Nicholas Graafland, dalam sebuah penerbitan "Nederlandsche Zendeling Genootschap" tahun 1981, Maria ditahbiskan sebagai salah satu perempuan teladan Minahasa yang memiliki "bakat istimewa untuk menangkap mengenai apapun juga dan untuk memperkembangkan daya pikirnya, bersifat mudah menampung pengetahuan sehingga lebih sering maju daripada kaum lelakiSetiap tanggal 1 Desember, masyarakat Minahasa memperingati Hari Ibu Maria Walanda Maramis, ",Beliau mulai menulis opini di surat kabar setempat yang bernama Tjahaja Siang  di Menado. Dalam artikel-artikelnya, ia menunjukkan pentingnya peranan ibu dalam keluarga dimana adalah kewajiban ibu untuk mengasuh dan menjaga kesehatan anggota-anggota keluarganya. Ibu juga yang memberi pendidikan awal kepada anak-anaknya. Mendirikan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunannya (PIKAT) ( 8 Juli 1917) dan menjadi pemimpinnya. Dan membuat cabang-cabang di Minahasa, seperti di Maumbi, Tondano, dan Motoling. Cabang-cabang di Jawa juga terbentuk oleh ibu-ibu di sana seperti di Batavia, Bogor, Bandung, Cimahi, Magelang, dan Surabaya PIKAT membuka sekolah Manado (02-06-1918). Maramis terus aktif dalam PIKAT sampai pada kematiannya ( 22 April 1924).

Untuk mengenang jasanya, telah dibangun Patung Walanda Maramis yang terletak di Kelurahan Komo Luar, Kecamatan Wenang, sekitar 15 menit dari pusat kota Manado yang dapat ditempuh dengan angkutan darat. Di sini, pengunjung dapat mengenal sejarah perjuangan seorang wanita asal Bumi Nyiur Melambai ini. 
SK Pres: 012/TK/1969 betanggal 20-5-1969


lahir di Malalayang, Manado,  
Sulawesi Utara,14 Februari 1925

meninggal di Pacinang,
 Makassar, Sulawesi Selatan,
5 September 1949

pada umur 24 tahun
  Beliau anak dari Petrus Monginsidi dan Lina Suawa.
Robert Wolter Monginsidi

pendidikannya: 
Hollands Inlandsche School atau (HIS) 1931,Meer Uitgebreid Lager Onderwijs atau MULO) di Frater Don Bosco di Manado. lalu dididik sebagai guru bahasa jepang pada sebuah sekolah di Tomohon. Kariernya mengajar Bahasa Jepang di Liwutung, di Minahasa , dan di Luwuk, Sulawesi Tengah, sebelum ke Makassar, Sulawesi Selatan. Terlibat dalam perjuangan melawan NICA di Makassar. Bersama Ranggong Daeng Romo dan lainnya membentuk Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) (17-07-1946), Beliau ditangkap Belanda (28-02-1947) dan berhasil kabur (27-10-1947) dan tertan kap kembali dan dijatuhkan hukuman mati kepadanya. Monginsidi dieksekusi oleh tim penembak (05-09-1949) dan jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar pada 10 November 1950.

Beliau dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia pada 6 November, 1973. Dia juga mendapatkan penghargaan tertinggi Negara Indonesia, Bintang Mahaputra (Adipradana), pada 10 November 1973. Dan namanya juga dijadikan nama Bandara di Kendari, Sulawesi Tenggara juga sebagai bentuk penghargaan kepada beliau nama kapal Angkatan Darat Indonesia, KRI Wolter Monginsidi dan Yonif 720/Wolter Monginsidi. 

Sk Pres: 088/TK/1973 bertanggal 6-11-1973

Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie Tjeng Tjoan,
lebih dikenal sebagai Jahja Daniel Dharma
lahir di Manado,  
Sulawesi Utara,9 Maret 1911
meninggal di  Jakarta,
27 Agustus 1988
pada umur 77 tahun

Lahir dari pasangan suami isteri Lie Kae Tae dan Oei Tjeng Nie Nio. Ayahnya (Lie Kae Tae) pemilik perusahaan pengangkutan Vetol (Veem en transportonderneming Lie Kay Thai).Pada 30 Agustus 1966 John Lie mengganti namanya dengan Jahja Daniel Dharma.
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. 
SK Pres| 058/TK/TH 2009
 bertanggal 6-11-2009 
Laksamana Muda TNI Jahja Daniel Dharma 
(John Lie)
adalah salah seorang perwira tinggi di Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dari etnis Tionghoa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Terdapat versi lain atas tanggal lahir beliau yaitu 11 Maret 1911.
usia 17 tahun, John Lie ke Batavia karena ingin menjadi pelaut. Di kota ini, sambil menjadi buruh pelabuhan, ia mengikuti kursus navigasi. menjadi klerk mualim III pada kapal Koninklijk Paketvaart Maatschappij, perusahaan pelayaran Belanda. Pada 1942, John Lie bertugas di Khorramshahr, Iran, dan mendapatkan pendidikan militer. bergabung dengan Kesatuan Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS) sebelum akhirnya diterima di Angkatan Laut RI. memimpin misi menembus blokade Belanda guna menyelundupkan senjata, bahan pangan, dan lainnya. Daerah operasinya meliputi Singapura, Penang, Bangkok, Rangoon, Manila, dan New Delhi. ditugaskan mengamankan pelayaran kapal yang mengangkut komoditas ekspor Indonesia untuk diperdagangkan di luar neeri.seperti membawa karet 800 ton untuk diserahkan kepada Kepala Perwakilan RI di Singapura, Utoyo Ramelan. (1947),membawa asil bumi lainnya dibwa ke Singapura untuk dibarter dengan senjata. Dan Senjata diserahkan kepada pejabat Republik yang ada di Sumatera seperti Bupati Riau sebagai sarana perjuangan melawan Belanda. Perjuangan mereka tidak ringan karena selain menghindari patroli Belanda, juga harus menghadang gelombang samudera yang relatif besar untuk ukuran kapal yang mereka gunakan. paling sedikit sebanyak 15 kali ia melakukan operasi "penyelundupan".
perna  menjadi komandan kapal perang Rajawali. aktif dalam penumpasan RMS (Republik Maluku Selatan) di Maluku lalu PRRI/Permesta. Ia mengakhiri pengabdiannya di TNI Angkatan Laut pada Desember 1966 dengan pangkat terakhir Laksamana Muda.
Atas segala jasa dan pengabdiannya, beliau dianugerahi Bintang Mahaputera Utama oleh Presiden Soeharto pada 10 Nopember 1995, Bintang Mahaputera Adipradana dan gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 November 2009.



1892–1977
lahir di Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara, pada 30 Juni 1892

Almarhum Bernard Wilhem Lapian
(tokoh Provinsi Sulawesi Utara)

Jasa dan Pengabdianya  :
 Beliau pejuang di berbagai bidang, dari jurnalisme, agama, hingga politik, dari zaman Belanda, Jepang, hingga kemerdekaan
  •  Penulis artikel di surat kabar yang memberi semangat rasa nasionalisme disaat bekerja di Batavia
  • Salah seorang yang mendirikan Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) (1933), yaitu Gereja yang mandiri dan independen, yang tidak dipengaruhi dan tidak bergantung pada Hindia Belanda. untuk menghindari dari komunitas gereja Kristen bentukan kolonial bernama Indische Kerk.
  •  Di medan perang sebagai pimpinan sipil pada saat Peristiwa Merah Putih, 14 Februari 1946 di Manado.Pengibaran bendera Merah Putih di seluruh penjuru Sulawesi, terlebih di wilayah Minahasa dan Manado, terlihat mewarnai semangat juang mereka dan kemudian dikenal sebagai Peristiwa Merah Putih di Manado.
  • Melucuti pasukan Belanda dan membebaskan para petinggi KNIL yang ditangkap. Beliau bersama-sama Bersama Barisan Pemuda Nasional Indonesia (BPNI) dan Koninklijk Nederlands Indisch Leger (KNIL),
  • Dimasa Revolusi Kemerdekaan beliau Menolak mengembalikan Manado  ke Belanda  sehingga dijebloskan ke penjara dan dibebaskan tahun 1949.
  •  menjabat Gubernur Sulawesi (1950-1951)
 Penghargaan yang didapat :
Bintang Mahaputera Pratama oleh Presiden Soeharto (1975).
 
Keppres No 116/TK/ 2015 tanggal 4 November 2015. ‎