Kamis, 27 Februari 2014

Nama pahlawan dari provinsi aceh

Nama nama pahlawan berikut ini saya rangkum berdasarkan dari daerah kelahiran dengan maksud tujuan untuk memberikan motivasi untuk generasi muda saat ini agar dapat mencontoh pahlawan-pahlawan dari daerahnya yang mempunyai semangat didalam memperjuangkan daerahnya sampai tingkat nasional bahkan dalam percaturan tingkat internasional. dan juga dipaparkan sekelumit biografi hidup sampai wafatnya. Dan Surat Keputusan dari Negara untuk gelar pahlawan Nasional :


Lahir di Meulaboh, 1854
Aceh Barat
Wafat di Meulaboh, 11 Februari 1899
Dimakamkan di :

Kampung Mugo, Meulaboh, Aceh Barat, NAD, Indonesia

 memimpin perang gerilya di Aceh (1873-1899)

SK Pres: 087/TK/1973 betanggal 6-11-1973

TEUKU UMAR
  Beliau menikahi janda Cut Nyak Dien (1880) puteri pamannya.Keduanya berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda di Krueng.
  • Belanda berdamai dengan pasukan Teuku Umar pada tahun 1883. Satu tahun kemudian (tahun 1884) pecah kembali perang di antara keduanya.
  • Taktik perang  dengan berpura-pura bekerja sama dengan Belanda. Teuku Umar masuk dinas militer.
  • Dianugerahi gelar Johan Pahlawan (1-1-1894) dan diizinkan untuk membentuk legium pasukan sendiri yang berjumlah 250 tentara dengan senjata lengkap.
  • Keluar dari dinas militer Belanda dengan membawa pasukannya beserta 800 pucuk senjata, 25.000 butir peluru, 500 kg amunisi, dan uang 18.000 dollar.(30 Maret 1896)
  • Dengan kekuatan yang semakin bertambah, Teuku Umar bersama 15 orang berbalik kembali membela rakyat Aceh.
  • Perjuangan beliau mendapat dukungan dari Teuku Panglima Polem Muhammad Daud yang bersama 400 orang ikut menghadapi serangan Belanda.
  • Serangan secara mendadak ke daerah Melaboh menyebabkan Teuku Umar tertembak dan gugur dalam medan perang, yaitu di Kampung Mugo, pedalaman Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899.


lahir pada tahun 1836, bertepatan dengan 1251 Hijriah di Dayah Jrueng kenegerian Cumbok Lam Lo, Tiro, daerah Pidie,Wafat di benteng Aneuk Galong. Aneuk Galong, Aceh Besar, Januari 1891 Teungku Chik di Tiro Bahasa Aceh, artinya Imam ulama di daerah Tiro atau Muhammad Saman
               
          TEUKU TJIK DITIRO
Hidup : 1836-1891 
Beliau Putra dari Teungku Syekh Ubaidillah. Ibunya bernama Siti Aisyah, putri Teungku Syekh Abdussalam Muda Tiro.  Aceh. Ia dibesarkan dalam lingkungan agama yang ketat Ketika ia menunaikan ibadah haji di Mekkah, ia memperdalam lagi ilmu agamanya. Dan menjumpai pimpinan-pimpinan Islam yang ada di sana, sehingga ia mulai tahu tentang perjuangan para pemimpin tersebut dalam berjuang melawan imperialisme dan kolonialisme. Sesuai dengan ajaran agama yang diyakininya, Muhammad Saman sanggup berkorban apa saja baik harta benda, kedudukan, maupun nyawanya demi tegaknya agama dan bangsa. Keyakinan ini dibuktikan dengan kehidupan nyata, yang kemudian lebih dikenal dengan Perang Sabil.Dengan Perang Sabilnya, satu persatu benteng Belanda dapat direbut. Begitu pula wilayah-wilayah yang selama ini diduduki Belanda jatuh ke tangan pasukannya. Pada bulan Mei tahun 1881, merebut benteng Belanda Lam Baro, Aneuk Galong dan lain-lain. Belanda merasa kewalahan akhirnya memakai "siasat liuk" dengan mengirim makanan yang sudah dibubuhi racun. Tanpa curiga sedikitpun ia memakannya, dan akhirnya Muhammad Saman meninggal.

SK Pres: 087/TK/1973 bertanggal 6-11-1973


Rabu, 26 Februari 2014

NAMA PAHLAWAN DARI PROVINSI JAMBI

Nama nama pahlawan berikut ini saya rangkum berdasarkan dari daerah kelahiran dengan maksud tujuan untuk memberikan motivasi untuk generasi muda saat ini agar dapat mencontoh pahlawan-pahlawan dari daerahnya yang mempunyai semangat didalam memperjuangkan daerahnya sampai tingkat nasional bahkan dalam percaturan tingkat internasional. dan juga dipaparkan sekelumit biografi hidup sampai wafatnya. Dan Surat Keputusan dari Negara untuk gelar pahlawan Nasional :

lahir di Jambi tahun 1816.
Wafat : 24 April 1904 di Muara Tebo.
SK Pres: 079/TK/1977 bertanggal 24-10-1977
    

Sultan Thaha Sjaifuddin
Sebagai Pangeran Ratu (semacam perdana menteri) di bawah pemerintahan Sultan Abdurrahman (1841).Sejak itu, ia memperlihatkan sikap menentang Belanda.
  • Mengadakan kerja sama dengan pihak Amerika saat kapal dan berlabuh di Jambi
  • Tidak mengakui perjanjian yang dibuat oleh  sultan-sultan terdahulu dengan Belanda. Salah satu diantaranya perjanjian tahun 1833 yang menyatakan Jambi adalah milik Belanda dan dipinjamkan kepada Sultan Jambi.
  • Menolak Ultimatum dengan belanda untuk menyerahkan diri
  • pada 25 September 1858 Belanda melancarkan serangan. Pertempuran berkobar di Muara Kumpeh.
  • Pasukan Jambi berhasil menenggelamkan sebuah kapal perang Belanda, namun mereka tidak mampu mempertahankan kraton. Sultan Thaha menyingkir ke Muara Tembesi dan membangun pertahanan di tempat ini.
  • Sultan Thaha membeli senjata dari pedagang-pedagang Inggris melalui Kuala Tungkal, Siak dan Indragiri.       

semoga bermanfaat.....