Nama nama pahlawan berikut ini saya rangkum
berdasarkan dari daerah kelahiran dengan maksud tujuan untuk memberikan
motivasi untuk generasi muda saat ini agar dapat mencontoh pahlawan-pahlawan
dari daerahnya yang mempunyai semangat didalam memperjuangkan daerahnya sampai
tingkat nasional bahkan dalam percaturan tingkat internasional. dan juga
dipaparkan sekelumit biografi hidup sampai wafatnya. Dan Surat Keputusan dari
Negara untuk gelar pahlawan Nasional :
Lahir di
Meulaboh, 1854
Aceh Barat
Wafat di Meulaboh, 11
Februari 1899
Dimakamkan di : Kampung Mugo, Meulaboh, Aceh Barat, NAD, Indonesia memimpin perang gerilya di Aceh (1873-1899)
SK Pres: 087/TK/1973 betanggal
6-11-1973
|
TEUKU UMAR
Beliau menikahi
janda Cut Nyak Dien (1880) puteri
pamannya.Keduanya
berjuang bersama melancarkan serangan terhadap pos-pos Belanda di Krueng.
|
lahir pada tahun 1836, bertepatan dengan 1251 Hijriah di Dayah Jrueng kenegerian
Cumbok Lam Lo, Tiro, daerah Pidie,Wafat di benteng Aneuk Galong. Aneuk
Galong, Aceh Besar, Januari 1891 Teungku Chik di Tiro Bahasa Aceh, artinya Imam ulama di daerah Tiro atau
Muhammad Saman
|
TEUKU TJIK DITIRO
Hidup :
1836-1891
Beliau
Putra dari Teungku Syekh Ubaidillah. Ibunya bernama Siti Aisyah, putri
Teungku Syekh Abdussalam Muda Tiro. Aceh. Ia dibesarkan dalam
lingkungan agama
yang ketat
Ketika ia menunaikan ibadah haji di Mekkah, ia memperdalam lagi ilmu
agamanya.
Dan menjumpai pimpinan-pimpinan Islam yang ada di sana,
sehingga ia mulai tahu tentang perjuangan para pemimpin tersebut dalam
berjuang
melawan imperialisme dan kolonialisme. Sesuai dengan ajaran agama yang
diyakininya, Muhammad Saman sanggup berkorban apa saja baik harta benda,
kedudukan, maupun nyawanya demi tegaknya agama dan bangsa. Keyakinan ini
dibuktikan dengan kehidupan nyata, yang kemudian lebih dikenal dengan
Perang
Sabil.Dengan Perang Sabilnya, satu persatu benteng Belanda dapat
direbut. Begitu pula
wilayah-wilayah yang selama ini diduduki Belanda jatuh ke tangan
pasukannya.
Pada bulan Mei tahun 1881, merebut benteng Belanda
Lam Baro, Aneuk Galong dan lain-lain. Belanda merasa kewalahan akhirnya
memakai
"siasat liuk" dengan mengirim makanan yang sudah dibubuhi racun.
Tanpa curiga sedikitpun ia memakannya, dan akhirnya Muhammad Saman
meninggal.
|